Studi: Bumi Makin Panas, Cukup buat 'Rebus' 2,3 Miliar Kolam Renang Seukuran Olimpiade

Studi: Bumi Makin Panas, Cukup buat 'Rebus' 2,3 Miliar Kolam Renang Seukuran Olimpiade
Ilustrasi. Permukaan bumi tetap layak huni dengan menyerap 90 persen panas berlebih yang dihasilkan polusi karbon dari aktivitas manusia sejak awal era industri. (Istimewa)

JAKARTA - Penajurnal.id |
Studi terbaru Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional AS (NOAA) dan Institut Fisika Atmosfer China (IAP) menyampaikan pada tahun 2023 lautan di dunia menyerap panas berlebih dalam jumlah yang sangat besar, cukup untuk "merebus miliaran kolam renang seukuran Olimpiade."

Lautan meliputi 70 persen planet ini dan telah membuat permukaan Bumi tetap layak huni dengan menyerap 90 persen panas berlebih yang dihasilkan polusi karbon dari aktivitas manusia sejak awal era industri.

Namun, studi baru NOAA dan (IAP) China ini menunjukkan pada 2023, lautan menyerap sekitar 9 hingga 15 zettajoule lebih banyak daripada 2022.

Satu zettajoule energi kira-kira setara dengan sepuluh kali lipat listrik yang dihasilkan di seluruh dunia dalam setahun.

"Setiap tahun seluruh dunia mengkonsumsi sekitar setengah zettajoule energi untuk menggerakkan ekonomi kita", menurut pernyataan tersebut, mengutip AFP, Jumat (12/1/2024).

"Cara lain untuk memikirkan hal ini adalah 15 zettajoule adalah energi yang cukup untuk merebus 2,3 miliar kolam renang berukuran Olimpiade."

Pada tahun 2023, suhu permukaan laut dan energi yang tersimpan di atas 2.000 meter lautan mencapai rekor tertinggi, menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Advances in Atmospheric Sciences.

Lihat juga: Polda Kepri Buka Penerimaan Polri Sumber Sarjana TA 2024

Jumlah energi yang tersimpan di lautan merupakan indikator utama pemanasan global karena tidak terlalu terpengaruh oleh variabilitas iklim alami dibandingkan dengan suhu permukaan laut.

Sejumlah besar energi yang tersimpan di lautan membantu membuat tahun 2023, tahun yang penuh dengan gelombang panas, kekeringan, dan kebakaran hutan, menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat.

Hal ini terjadi karena semakin hangatnya lautan, semakin banyak panas dan uap air yang masuk ke atmosfer. Hal ini menyebabkan cuaca yang semakin tidak menentu, seperti angin kencang dan hujan deras.

Suhu permukaan laut yang lebih hangat sebagian besar disebabkan oleh pemanasan global, yang terutama disebabkan oleh penggunaan bahan bakar fosil.

Setiap beberapa tahun sekali, fenomena cuaca yang terjadi secara alami, El Nino, menghangatkan permukaan laut di Pasifik selatan, yang menyebabkan cuaca yang lebih panas secara global. El Nino saat ini diperkirakan akan mencapai puncaknya pada tahun 2024.

Sebaliknya, fenomena cermin yang disebut La Nina secara berkala membantu mendinginkan permukaan laut.

Baca juga:
Memasuki 2024, PT Pupuk Indonesia Tingkatkan Produktivitas Pertanian Nasional
Berikut Daftar 13 Ruas Tol yang Tarifnya Bakal Naik pada Januari-Maret


Redaksi
Editor: Rusmanto

Share:  

No comments:

Post a Comment